KELUARGAKU

Selamat Datang di Blog Keluarga kami..

Salam Antusias, Salam Dahsyat luar biasa Sahabat semua

Di sini sahabat-sahabat akan mengenal kami lebih dekat, semoga semakin mempererat jalinan silaturahmi kita. Pertama kali saya sendiri,  Muhammad nur Riko Putra, S.T sebagai kepala keluarga dengan wakilnya istri tercinta yang dulu adalah teman se kampus bahkan satu kelas di Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung, Hesti Kusniasari, S.T.

Buah perkawinan kami yang telah kami rajut sejak 6 Juni 2004, Alloh SWT telah menitipkan kepada kami  sepasang anak yang lucu, cerdas, cantik, cakep dan sangat luar biasa. Semoga Alloh Azzawajalla memberkahi keduanya menjadi anak-anak yang Sholeh dan sholehah. Anak pertama kami lahir pada 12 April 2005. Anak sulung kami yang satu-satunya cucu perempuan dari keluarga besar ku kami  namakan Siti Anisah Nurriko. Papa dan mama ku sudah dikarunia 6 orang cucu, satu-satunya yang paling cantik, karena seorang perempuan, anak kami Siti Anisah Nurriko atau akrab dipanggil neng rik-rik.Siti Anisah Nurriko Saat ini neng sekolah di Play Group  Tadika Puri, Tarogong, Garut.

Siti Anisah adalah anak yang aktif dan sangat antusias dengan sekolahnya, tapi yah nama nya anak-anak kadang ia mogok sekolah juga. Tapi baru sekali waktu neng ngak mau sekolah karena lagi kesel, katanya,”Nenk capek bolak-balik aja ke sekolah, tau” bentaknya pada kami suatu hari. Kami menyadari kekesalannya karena jarak sekolah dengan rumah kami sekitar 20 km, sekitar setengah jam perjalanan. Kadang neng dah tertidu di mobil dan saat dibangunin ia dah kesal karena sedang asyik-asyik tidur. Tapi untunglah aku punya senjata pamungkas, setelah kutemukan beberap hari ini. Ternyata anak sekecil itu sudah punya cita-cita. Katanya igin jadi dokter, seperti dokter Elis, pujaannya. Langsung saja aku mencegatnya kalau dah mulai malas berangkat ke sekolah, “Katanya titik mau jadi dokter, jadi harus rajin sekolah dan belajar yang benar,” kataku membujuknya. Akhirnya neng akan mengikuti kami untuk bersiap ke sekolah. Itulah sekilas tentang anak pertama kami.

Teuku Umar, 9 Agustus 2011

Anak kami yang kedua adalah Abdul Malik Putra Nurriko, sehari-hari dipanggil Putra. Kini Putra berusia 3 tahun, baru saja ia berulang tahun. Putra anak yang periang dan semangat tapi ia lebih bisa diajak kompromi jika ia menginginkan sesuatu. Putra sangat senang mainan mobil-mobilan, jadi kalau kami bepergian harus selalu bawa sekeresek mobil-mobilannya. Bahkan kalau kami lupa, Putra suka mengingatkan kami, “Pa, mobil adek ada?,” begitu gaya nya dengan logat yang masih cadel.

Putra, kami namakan Abdul Malik, karena kecintaan ku, kebanggan ku pada seorang tokoh asal Minang, seorang ulama, buya, sastrawan, filosof, jurnalis, yang sangat mengesankan, tidak asing lagi beliau adalah Buya Hamka. Nama lengkap beliau adalah Haji Abdul Malik Karim Amrulloh. Aku tidak pernah bertemu dengan beliau. Hanya beberapa kali saja aku bermimpi dengan beliau, sampai tangan ku di bimbingnya dalam mimpi ku itu.

Aku terkesan sekali dengan keteguhan Buya Hamka dalam agama Islam. Buku-buku beliau adalah sebuah koleksi berharga bagiku. Aku pun berniat suatu saat, Putra juga bisa mengikuti ke sholehannya. Semoga Putra juga bisa sekolah di Universitas Al Azhar di Kairo, Amien Yaa Allo..Yaa Rohman…Yaa Rohim..

Lucunya Putra sejak ande nya (nama panggilan istriku) hamil 4 bulan, ia sudah memproklamirkan dirinya sebagai aa alias kakak. Setiap aku panggil ia dengan sebutan ade Putra, ia langsung protes. “Bukang ade ta, tapi aa puta. Papa lupa ya?,” sanggahnya. Aku pun meralat panggilannya dengan aa putra.

Alhamdulillah pada hari Kamis, jam O8.OO aku dikejutkan oleh sebuah peristiwa yang menjadi kado terindah dalam hidupku. Seorang anak laki-laki, adiknya Putra telah lahir ke dunia ini dengan selamat dan persalinan normal dan tergolong cepat. Ku sematkan sebuah nama indah,  Muhammad Ramdhan Radja Nurriko, untuk anak ke tiga kami. Kami panggil ia dengan sebutan Radja.

Semoga kelak dikemudian hari ia akan menjadi seorang Raja atau pemimpin yang bijak dan disenangi oleh bawahan dan masyarakatnya. Lebih dari itu, sejatinya ia harus menjadi Raja bagi dirinya, bukan jadi budak nafsunya, budak dunia dan hartanya. Ia adalah seorang Raja, dimana pun ia berada. Hakikat Raja adalah berdaulat, tidak bisa dijajah oleh siapapun. Ia hanya tunduk pada Sang Khalik, Sang Penguasa yang Maha Tinggi, Alloh Azzawajalla.

Tinggalkan komentar