Lama tidak Berlatih

Lama sekali meninggalkan blog ini, sekian lama tidak menulis membuat hatiku beku. Mungkin karena memang tidak ada ide untuk menuangkan tulisan karena keringnya persedian bahan untuk tulisan atau memang karena lagi tidak mood. Ah kayaknya lebih karena faktor kurrangnya bahan bakar untuk meramu sebuah tulisan. Aku tidak mau kering…ingin terus mereguk telaga ilmu…semoga hari ini permulaan yang baik….Amien Ya Alloh…

Membunuh Rasa Takut
Saya menonton sebuah film berjudul Best of the best, beberapa hari lalu di televisi. Film ini cukup berkesan untuk dijadikan sebuah renungan. Team taekwondo Amerika mempersiapkan diri untuk bertanding dengan atlet tekwondo Korea. Bedanya pertandingan ini adalah pertarungan maut yang hampir tidak punya aturan main. Tidak jarang pertandingan tersebut berujung maut. Seperti yang pernah dialami oleh seorang atlet Amerika beberapa tahun lalu. Mereka yang akan dikirim adalah atlet pilihan yang siap bertarung membela nama baik negara di pentas pertandingan Internasional.
Dimulailah persiapan team Amerika, 3 bulan sebelum pertandingan. Sebanyak 5 orang atlet dilatih dan ditempa setiap hari. Mereka di steri lkan, tidak boleh ada kegiatan lain kecuali berlatih dan berlatih. Mereka adalah atlet-atlet pilihan yang direkrut dari berbagai perguruan Tekwondo di Amerika. Hasil seleksi yang ketat telah dipilih 5 orang atlet untuk mewakili Amerika dalam pertandingan Taekwondo klasik di Korea. Seorang atlet bernama Lee, berwajah Asia, berdarah campuran Amerika-China terlihat paling menonjol. Kemampuan teknik beladirinya di atas teman-temannya. Terbukti ia adalah seorang pemegang medali emas pertandingan Taekwondo piala Tiger Internasional.
Semakin dekat dengan hari pertandingan, Lee semakin tegang. Ia berlatih sampai larut malam, bahkan tidak tidur hingga pagi. Lee kelihatan gusar dan tidak konsen dengan latihannya, sebuah bayangan menakutkan selalu menghantui pikirannya. Semakin hari ia malah semakin takut, terbayang kehebatan atlet Korea yang telah merenggut nyawa kakak kandungnya sendiri. Lee memutuskan keluar dari team dan pergi. Seorang sahabat satu team nya, mencegat dan meminta Lee berjiwa besar. Ia meminta Lee keluar dari bayang-bayang ketakutan dan membuktikan di pertandingan. Jika Lee melewatkan pertandingan ini, maka ia akan terus dibayangi oleh ketakutan. “Bunuhlah ketakutan mu. Sekarang saatnya. Bila tidak ikut pertandingan ini, kamu akan terus hidup dalam ketakutan,” ucap teman Lee meyakinkan.
Akhirnya team ini pun berangkat mempertaruhkan nama negaranya di pertandingan Taekwondo klasik ala Korea. Pertandingan tanpa aturan, pertarungan bebas. Puncak pertandingan ada pada Lee, ia berhadapan dengan algojo yang telah membunuh kakaknya beberapa tahun lalu. Pertandingan hebat Lee memang luar biasa. Keduanya adalah atlet hebat dan pertandingan ini telah membawa dendam kesumat.
Tak dapat dipungkiri, rasa takut Lee masih mendera. Lawannya memang bukan main ganas dan kejamnya. Lee tersungkur dan berdarah-darah. Sebelum wasit menetapkan status K.O, Lee berdiri setengah sempoyongan. Di kepala nya sekelebat, terbayang perlakuan sang durjana yang telah membunuh kakaknya. Seakan dapat tenaga baru, Lee mengerahkan seluruh kekuatannya, demi membalaskan dendam kakaknya.
Pada akhir pertandingan, sang lawan pun kewalahan. Lee mengeluarkan semua jurus pamungkasnya. Saat sang lawan sudah sekarat. Saatnya Lee membalas kematian kakaknya. Beberapa detik sebelum Lee mengeluarkan tendangan mautnya, sang pelatih menahan Lee.”No,” bisik sang pelatih yang melihat lawannya sempoyongan tidak berdaya. Lee pun urung menghujamkan tendangan pamungkasnya. Bahkan sesat kemudian, lawannya pun ambruk ke lantai.
Lee berhasil keluar dari ketakutannya dan akhirnya memenangkan pertarungan maut yang mempertaruhkan nyawanya. Ketakutan sering sekali menghantui kita. Kadang kita mundur 1.000 langkah karena bayangan ketakutan menghantui setiap langkah kita. Padahal apa yang kita takutkan belum tentu terjadi. Sehingga kita kadang tidak siap menghadapi kekalahan. Kesempatan untuk jadi pemenang sirna sudah karena bayangan katakutan lebih dominan saat kita memutuskan sesuatu. Itulah kawan, anehnya keajaiban hanya datang pada orang-orang pemberani.
Berani menerima tantangan, siap kalah dan berani menang. Siap menjadi yang terbaik walaupun dalam kondisi terburuk adalah mental sang juara. Jadi untuk menjadi sang juara, maka bunuhlah rasa takut dalam diri kita. Dalam berbisnis, takut rugi, takut ditipu dan takut tidak bisa bayar hutang adalah ketakutan-ketakutan yang sering membuat orang tidak berani melangkah. (tra,Teuku Umar 35, 11 Desember 2010)

Tinggalkan komentar